Aku menerawang ke awan-awan, langit biru dan terang. Aku ingin sekali terbang kesana, memetik kapas-kapas awan dan memakannya seperti gulali. Pasti rasanya enak sekali. Gulali? Hmm, aku jadi teringat peristiwa merengek dibelikan gulali. Waktu itu, aku berjalan-jalan bersama keluargaku. Tepatnya, pada malam hari. Saat itu kami pergi ke pasar malam. Pasar malam saat itu sangat ramai sekali. Lampu berwarna-warni juga berkelap-kelip di sana-sini. Di tengah kepadatan orang, aku lebih memilih berjalan sendiri. Yups, aku memang pemberani! Aku berjalan dengan gagahnya dan tiba-tiba aku melihat gulali. “GULALI!”,pekikku dalam hati. Aku menarik tangan seseorang yang ku kira ibuku. “Ibu… Ibu… aku mau gulali! Belikan! Belikan!”, rengekku sambil merangkul manja pada orang itu. Tak ada jawaban, aku mulai berteriak dan merengek lagi. “Ibu belikan! “ Aku mulai menaruh tanda tanya besar saat itu, karena tidak ada jawaban lagi dari ibu. ‘Kok ibu ...
Menulis Untuk Dunia, Berkarya Untuk Dunia dan Berwirausaha Untuk Dunia