Ku selalu melihatmu ketika kau
bersama sepeda ontelmu. Sepeda ontel yang selalu kau bawa berkelana bersamamu.
Senyummu merekah seolah berkelana dalam surga. Tak pernah kau mengeluh di
hadapku akan semua hidupmu. Katamu, biasa saja. Katamu, ini nikmat saja. Tak
pernah ada keluh. Tak pernah ada peluh sia-sia. Itu adalah prinsip yang kau
tanamkan dihatimu.
Kau sahabat yang sempurna bagiku. Aku juga perempuan, namun ku tak sesempurnamu. Pelangi di sudut senyum merekahmu, membuatmu indah bagai bidadari.
Hari demi hari, ku selalu melihat senyummu. Tetapi entah mengapa satu hari ini ku melihatmu bersedih. Tak ada senyum indah yang merekah dari bibirmu. Tak ada senyum indah itu.
Ku coba menyelidiki semua, apa penyebab senyummu hilang. Dan ternyata, senyummu hilang karena sebuah cinta telah menyakitimu. Mengiris-ngiris lubuk terdalam hatimu.
Siapakah pangeran yang menyakitimu? Ku coba juga selidiki itu. Dan ternyata. Damn! Dia adalah seseorang yang telah membidik hatiku, beberapa hariku lalu.
Plak...! Sebuah tamparan mendarat di pipinya. Seseorang yang hampir saja menjadikan cinta segitiga diantara kita.
“Aku tak mau kau perlakukan wanita seperti ini! Apakah ini rencanamu untuk mendapatkan semua wanita?”
“Tapi aku cinta kamu...”
Plak...!
“Ku tidak bisa. Dasar playboy!”
Aku melangkahkan kaki seribu. Rasanya kepingan hatiku telah tercecer.
“Ku tak mungkin khianati kau sahabat. Tidak mungkin!”
tamat
Kau sahabat yang sempurna bagiku. Aku juga perempuan, namun ku tak sesempurnamu. Pelangi di sudut senyum merekahmu, membuatmu indah bagai bidadari.
Hari demi hari, ku selalu melihat senyummu. Tetapi entah mengapa satu hari ini ku melihatmu bersedih. Tak ada senyum indah yang merekah dari bibirmu. Tak ada senyum indah itu.
Ku coba menyelidiki semua, apa penyebab senyummu hilang. Dan ternyata, senyummu hilang karena sebuah cinta telah menyakitimu. Mengiris-ngiris lubuk terdalam hatimu.
Siapakah pangeran yang menyakitimu? Ku coba juga selidiki itu. Dan ternyata. Damn! Dia adalah seseorang yang telah membidik hatiku, beberapa hariku lalu.
Plak...! Sebuah tamparan mendarat di pipinya. Seseorang yang hampir saja menjadikan cinta segitiga diantara kita.
“Aku tak mau kau perlakukan wanita seperti ini! Apakah ini rencanamu untuk mendapatkan semua wanita?”
“Tapi aku cinta kamu...”
Plak...!
“Ku tidak bisa. Dasar playboy!”
Aku melangkahkan kaki seribu. Rasanya kepingan hatiku telah tercecer.
“Ku tak mungkin khianati kau sahabat. Tidak mungkin!”
tamat
by:starlife_angels.
karya ini pernah mengikuti ujian di cerita dan diskusi online (Cendol)
Komentar
Posting Komentar
please ....add your coment....