Berawal dari sebuah
percakapan iseng yang kemudian saya terus memikirkannya. Saya adalah seorang
mahasiswi sosial yang sangat gerah dan prihatin dengan kemacetan. Jujur,
kemacetan selalu ditemukan dimana-mana, ini tak dapat dipungkiri karena volume
kendaraan yang melimpah dan akhirnya jalanan banjir kendaraan. Kemarin, baru
saja saya mengalami hal yang menjengkelkan karena saya menunggu kopaja dan
lamanya mencapai 45 menit. Saya menerka, penumpang itu sejujurnya sudah
berhamburan dimana-mana menunggu kopaja yang sama dengan saya. Dan setelah
kopaja itu tiba, benar saja kopaja langsung dipadati oleh penumpang. Nahas
memang, penumpang banyak tapi macet lalu lintas. Yah ... meski saya tahu bahwa
yang memiliki kendaraan pribadi pun sekarang sudah sangat banyak. Tetapi, kendaraan
umum seperti kopaja pun masih menjadi sangat penting di beberapa daerah
Indonesia yang banyak penduduk.
Indonesia adalah sebuah
negara di wilayah asia tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa, dimana
populasi di negara ini adalah sebesar 260 juta jiwa di tahun 2013 (dikutip
dari: id.m.wikipedia.org/wiki/Indonesia). Ini yang menyebabkan saya berpikir,
jika setiap keluarga memiliki kendaraan
mobil, berapa ratusan juta volume kendaraan yang membludak? Masih haruskah kita
berpatok pada kendaraan darat sedangkan volume kendaraan semakin melimpah
dan infrastruktur jalan cenderung tetap,
tak meluas? Itulah kata-kata dosen saya yang saya kutip dan pikirkan
berkali-kali. Tidakkah kita
memikirkan sarana transportasi alternatif
yang lebih signifikan?
Manusia adalah tempat
berpikir, dimana manusia memiliki akal yang digunakan untuk bereksperimen dan
berimajinasi. Itulah yang terpikirkan dari benak saya dan teman saya. Beberapa
waktu lalu, sudah tepat lama kiranya saya berbincang
dengan teman saya, Fatimah menggambarkan
imajinasi yang pernah dicap teman saya sangat liar dan luar biasa karena itulah
saya membuat tulisan ini dan terus meneliti lebih dalam.
Saya masih ingat, waktu
itu saya dan teman saya berimajinasi tentang kendaraan udara alternatif. Tentu
saja kami berimajinasi sesuka kami, mulai dari kendaraan yang serba guna (bisa
jadi pesawat terbang, kapal dan lain sebagainya), kendaraan ini diimajinasikan
oleh teman saya, entah darimana. Tetapi saya jadi ingat film kartun masa kecil
yang pernah menggambarkan ide tersebut. Oke berarti skip. Ini termasuk ‘ada’
tapi belum pernah diwujudkan. Saya berpikir lagi, kalau kendaraan mungkin masih
akan macet, oleh karena itu saya berpikir mengapa tidak diciptakan saja sepatu
roda dengan elektromagnetik yang bisa berjalan otomatis dan super cepat.
Konsekuensinya mungkin nanti kendaraan beroda dua atau empat akan ditiadakan
karena mungkin akan berbahaya jika juga ada kendaraan darat juga. Kemudian kami
berpikir lagi. Fatimah kemudian berimajinasi tentang tombol menghilang dan kita
langsung tiba ditempat yang kita tuju. Kemudian saya berimajinasi lagi tentang
sepatu roda super cepat tapi juga bisa terbang seperti roket (kalau saya membayangkannya seperti kostum astronout
dimana manusia didalamnya dibawahnya ada roda dan pembakar seperti roket); lalu
lift menghilang atau lift kemana saja di setiap tempat genting atau gedung.
Kemudian ide dan pikiran terus menghasut
diri saya untuk berimajinasi lagi. Aha! Tombol anti gravitasi! Bumi di ciptakan
dengan gravitasi, berarti kita harus membuat alat seperti pesawat yang melawan
gravitasi (kalau saya mengimajinasikannya, manusia punya alat seperti jam
tangan dimana alat tersebut bisa menolak gravitasi dengan ketinggian tertentu
tak seperti pesawat terbang). Tapi kemudian saya berpikir lagi, apakah tidak
bahaya melawan gravitasi ? saya pun
menambah wawasan saya tentang bahaya mengudara tanpa memberitahukan daratan
yang berakibat pada kecelakaan. Tapi bagaimanakah jika itu manusia? Entahlah,
saya tak bisa merumuskannya karena saya hanya seorang peneliti sosial yang
butuh pendamping ilmuwan dan professor untuk mewujudkannya.
Hari demi hari pun membuat
saya penasaran dan saya terus melakukan penelitian dengan searching google dan
sebagainya. Saya mencari kendaraan melawan gravitasi, kamar hotel anti
gravitasi dan lain sebagainya. Dan ternyata, ketemu! Mengapakah kita tak
menciptakan suatu eksperimen baru dengan menciptakan kendaraan penuh inovasi
tersebut, yang beberapa sudah muncul di luar negeri. Mencari dukungan,
motivasi, kerjasama dengan negara lain dan lain sebagainya adalah salah satu cara untuk mengubah dunia
agar terhindar kemacetan. Berani mewujudkan mimpi-mimpi dan tak pernah takut
adalah salah satu ciri seorang yang memiliki ilmu. Tidakkah banyak sarjana
teknologi atau informasi dan teknik mesin di Indonesia dan bahkan dunia? Lalu
mengapakah tidak mencoba alternatif lain? Tidakkah muak kita dengan kemacetan?
Tidakkah muak kita dengan pesawat yang selalu sering ternyata kecelakaan?
Mungkin dengan membuat salah satu ide brilian, seperti imajinasi kami tadi bisa
sedikit mengatasi masalah tersebut. Semuanya masih butuh imajinasi mendalam
dari para ilmuwan dan sarjana yang bisa mencipta. Semoga suatu saat nanti ada seorang yang ingin bekerja sama menggarap ide brilian saya. Semoga suatu saat
nanti ... kita akan terbang dan pergi kemana saja dengan mudah tanpa mengalami
MACET!
starlife
Komentar
Posting Komentar
please ....add your coment....